Sabtu, 26 Juni 2010

patah dan sakit

Mulai terbukanya hatiku ini sejak dia datang untuk memberikan cinta padaku..

seakan matahari miliku, sejak itulah aku berseri-seri melihat indahnya aroma jatuh cinta..

beberapa hari pun berjalan apa adanya.. saling mengenal walaupun itu hanya lewat dunia maya, karena di adalah sosok yang pemalu dan hanya berani lewat perantara.. dan akupun menikmatinya..


terbuai oleh perhatian intensnya..
tergoda akan rayuan busuknya..
terperangkap dalam kata-katanya...


Saat dia mau mengajakku kencan untuk yang ke tiga kalinya, dia sangat mengecewakanku..


dia sangat membunuh perasaanku yang begitu dalam...
air mataku mengalir seketika semenjak aku tutup saat ditinggal nikah dengan seseorang..

apakah aku sudah mulai jatuh cinta padanya?? nampaknya seperti itu.. tetapi langsung di pupuskan olehnya sejak itu pula..


aku baru menyadari jika di terlalu jahat untuk ku miliki,,
dia terlalu egois jika aku dampingi..
dia sangat MENGECEWAKANKU untuk yang kesekian kalinya.


MAAF, pintu hatiku, tertutup kembali..

entah sampai kapan akan terbuka lagi..
Hanyatuhan dan diriku sendiri yang tau..

Rabu, 23 Juni 2010

RINDU

Dear my lovely frends..

Aku sangat merindukanmu...
mengapa setlah sms mu yang terakhir kau berubah padaku,, hanya padaku..

apakah masalah uang bisa merubah hal itu???

dari dasar hatiku, aku sangat2 menyesal..
sekiranya aku bisa memahamimu, wlaupun aku tidak berada pada saat itu..

perjalanan dan tawa kitapun hanya terbayar dengan 1 buah sms darimu..

menegurpun tidak, apalagi membuat senyum untukku walaupun senyum simpul yang kau berikan..



semoga tulisan ku bisa mewakili semuanya.. maaf yang mendalam untukmu..
*LOV -I R A-

Kerak Telor, Jajanan Sekali Setahun

JAKARTA - Langit Jakarta malam tadi sangat cerah. Tak seperti beberapa hari lalu, hujan sama sekali tak mengguyur Ibukota. Suasana yang pas untuk berkeliling di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Di luar arena pasar malam tahunan itu, ramai berjejer puluhan pedagang. Mulai dari minuman ringan dan aneka jajanan khas PRJ. Di deretan pedagang, tampak seorang lelaki paruh baya menawarkan jajanan khas PRJ, kerak telor.

Marjono (58), sudah berjualan kerak telor sejak 1992. Dulu, Marjono juga menjual kerak telor saat PRJ masih digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

"Tiap hari saya bisa pindah-pindah tempat, tetapi tidak jauh dari pintu masuk," ujarnya, Senin (21/6/2010) malam.

Namun Margono hanya berjualan kerak telor saat PRJ digelar. Karena jika dijual sehari-hari, peminatnya sangat minim. "Kalau hari biasa, saya berjualan nasi goreng dan bakso," akunya.

Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini, mahir membuat kerak telor karena diajarkan langsung oleh tetangganya yang masih keturunan etnis Betawi. "Jarang sekali yang berjualan kerak telor itu orang Betawi asli, saya belajar membuat kerak telor dari tetangga saya dan kebetulan dia orang Betawi asli," tambahnya.

Marjono mulai berjualan sekira pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB. Namun saat akhir pekan, dia berjualan hingga tengah malam. "Kalau malam Minggu kan banyak pengunjungnya, jadi saya jualan sampai malam," ujarnya.

Kerak telor seharga Rp12.000 per porsi dijualnya tiap malam. Kadang, keuntungannya bisa mencapai dua kali lipat dari penghasilannya sebagai penjual nasi goreng dan bakso.

"Saya tidak tahu faktor apa yang membuat sepi? Waktu pembukaan saja sedikit yang datang, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," keluh Marjono.

Meski keadaan Jakarta semakin hari semakin berubah, Marjono berharap agar kerak telor bisa bertahan sebagai salah satu makanan khas Betawi. "Tidak mungkin juga punah, karena saya nilai makanan ini unik dan khas sekali Jakarta-nya," tutupnya.

Pasar Kue Subuh Senen yang Tak Ada Matinya

WAKTU malam yang mestinya digunakan oleh kebayakan orang untuk istirahat, tetapi tidak berlaku bagi para pedagang kue di Pasar Kue Subuh, Senen, Jakarta Pusat. Sesuai namanya, pasar ini justru akan ramai dengan jual beli menjelang waktu subuh. Pasar ini sudah ada sejak tahun 70-an dan hingga saat ini masih eksis di tengah gencarnya ekspansi pasar modern.

Geliat ekonomi di pasar tradisional ini sebenarnya mulai terasa sejak pukul 19.00 WIB. Para pedagang sudah mulai berbenah menyiapkan barang jualannya. Kue basah yang dijajakan di antaranya, cucur, putu ayu, lemper, dadar gulung, bolu, kue talam, lapis kanji, bika ambon, pastel, tahu isi, risol, pastel, dan kue soes.

Selain itu, ada juga kue kering yang diwadahi toples transparan seperti kripik singkong, tempe kering, kastangle, lidah kucing, kacang atom, dan nastar, dan lainnya.

Harga yang ditawarkan terbilang murah. Misalnya, kue basah semacam bolu dijual Rp800-1.000 per potong, kue kering Rp2.500-15.000 per toples, sedangkan black forest, cake, kue tar hanya Rp25.000 sampai Rp100.000.

Kebanyakan penjual kue di sana bukan pemilik langsung melainkan dia adalah seorang yang bertugas menjualkan kue yang telah disediakan oleh pemilik kue. "Kisaran kue basah yang terdiri dari pisang bugis itu harganya Rp500. sedangkan kue kering ada yang harganya Rp1.000," ujar Arif saat berjualan di Pasar Subuh Senen, kepada okezone.

Pria yang sudah bekerja selama tiga tahun ini pernah mengalami pengalaman dari para pelanggan yang tidak menyenangkan. "Ada yang datang untuk mencoba kue, sudah dicicip lalu tidak jadi membeli. Saya suka rada kesel sih, tapi alasannya mereka tidak cocok sama seleranya," ungkapnya.

Jika pada malam harinya bekerja, maka siang harinya tidur karena kebagian yang menjual kuenya. "Saya tidak punya pekerjaan apa pun selain menjual kue ini saja. Saya di Jakarta tinggal dengan kakak. Awalnya cuma iseng-iseng saja jualan, malah keterusan," ungkapnya.

Penghasilan per bulan terbilang cukup, karena jika semakin banyak yang terjual maka dapat uang tambahan. "Saya kan sistemnya untung-untungan, sebisa mungkin terjual banyak tiap harinya. Rp2 juta per bulan itu jika keadaan normal, kalau ada borongan bisa lebih besar lagi," tutupnya.

Menurut Tami yang telah berdagang hampir empat tahun, pembeli di Pasar Subuh rata-rata mereka yang menjual kembali kue-kue tersebut, seperti di warung dan kantin.

Dia mengaku untuk berjualan di tempat itu harus membayar uang sewa tempat sekira Rp3 juta rupiah per mejanya. Kendati terbilang mahal, biaya tersebut bisa ditutupi dengan hasil penjualan yang cukup besar. "Setiap bulannya bisa mengumpulkan Rp7 juta," ujar Tami.

Pasar Kue Subuh Senen menjadi gambaran tidak pernah matinya aktivitas jual beli di Jakarta. Pasar ini seolah-olah menjadi pasar induk untuk produk makanan kecil, selain menyediakan banyak lapangan pekerjaan. Keberadaan pasar ini juga mengangkat home industry dengan omzet puluhan juta rupiah.

Geliat ekonomi di kawasan Senen sebenarnya sudah terjadi sejak zaman Belanda. Sekitar tahun 1735, mantan pejabat VOC Justinus Cornelis Vincke melihat Jakarta sebagai pusat pemerintahan akan berkembang pesat sehingga membutuhkan pasar.

Sebab itu, Justinus membangun pasar tak jauh dari lokasi Istana Weltevreden yang tak jauh dari Pasar Tanah Abang dan dinamai Vincke Paseer. Ketika itu, pasar beroperasi hanya hari Senin. Lama-kelamaan masyarakat menyebutnya dengan Pasar Senen.

Pada tahun 1795, vincke membangun sebuah jalan yang membujur dari timur ke barat dan menghubungkan Pasar Senen dengan Pasar Tanah Abang. Adanya akses ini memicu migrasi besar-besaran sehingga banyak warga yang menetap di kawasan tersebut. Roda ekonomi semakin cepat berputar setelah masuknya teknologi mesin uap, kereta api, dan kendaraan bermotor.

Tak ayal, mulai tahun 1900-an, kawasan Senen mulai menggantikan kawasan Kota, Jakarta Barat sebagai pusat militer dan pemerintahan. Perubahan nampak nyata memasuki tahun 1960-1970, ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendirikan gedung Pasar Senen, pasar inpres, dan terminal bus.

Imbasnya, transaksi perdagangan di kawasan Senen terus berkembang berkat adanya terminal. Memasuki era 1987-1992, kawasan Senen bertambah ramai dengan dibangunnya Atrium yang menyediakan fasilitas perkantoran, hotel, rumah toko dan pusat perbelanjaan modern. Di tengah himpitan pusat perbelanjaan modern, aktivitas kue subuh masih tetap berjalan hingga sekarang

"Si Kupu-Kupu Malam" di Temaram Taman Lawang

WANITA yang terjebak dalam tubuh pria. Begitulah cara Wanita Pria alias Waria membela diri dari serangkaian sinisme yang diarahkan pada mereka. Dari sinisme itulah yang membuat mereka terkadang terpinggirkan.

Sedikit sekali dari mereka yang mampu memperoleh pekerjaan layak dan mempertahankan identitas mereka. Alhasil sebagian besar dari mereka memilih untuk mangkal atau melacurkan diri untuk mempertahankan hidup, di sela waktu malam Kota Jakarta merayap.

Namanya Ryan waluyo, seorang waria berusia 25 tahun yang bekerja di daerah Taman Lawang, Jakarta Selatan, misalnya. Dia merasa sangat mudah mendapatkan uang tanpa harus bekerja yang berat dan sulit. Hanya dengan berdiri beberapa jam di pinggir jalan, lalu banyak yang menghampiri.

"Kalau lagi banyak yah dapat uangnya juga banyak," ungkapnya sambil tertawa lebar.

Jesicca, itulah nama tenarnya jika sudah malam. Sebagai seorang Waria, Jessica memiliki keberuntungan tersendiri. Wajahnya mirip dengan seorang artis kontroversial, Julia Perez.

Menjadi "Julia Perez" di pinggir jalan, Jessica biasa berdiri dari pukul 00.00 hingga 04.00 WIB dengan mengenakan atasan berupa pakaian dalam wanita, dan bawahannya menggunakan hotpans, sepatu bots. Dengan dandanan begitulah setiap kali dia menjajakan diri.

Pekerjaan tidak biasanya ini sudah tiga tahun dijalani. Jessicca mengganggapnya hanya sebuah freelance. "Aku pernah bekerja di toko, di salon, tapi tidak nyaman. Akhirnya ada yang menawarkan ke Taman Lawang, ya aku ikut saja. Lagi pula ini aku anggap pekerjaan sampingan saja karena enggak capek," tambahnya.

Awalnya, dia terjun sebagai waria diketahui oleh keluarganya. Tentu saja keluarga tidak setuju dengan kehidupan seks jalanan yang berisiko tertular penyakit kelamin tersebut. Karena kebutuhan yang sangat mendesak, akhirnya mereka mau menerima keadaan. Tak ada pilihan lain.

"Keluarga sih sudah terima-terima saja aku seperti ini. Penghasilan dari bekerja seperti ini aku kasih juga, bisa dibilang membantu kondisi keuangan keluarga," akunya sedikit bangga.

Ryan merasa dirinya adalah seorang wanita. Tak heran dia berani melakukan operasi di dadanya, agar payudaranya layaknya seorang wanita asli. Namun Jessica enggan memaparkan tindak nekatnya itu.

Menurut Jessica, biasanya para Waria keluar pukul 00.00 WIB, karena jam kerja Satpol PP sudah habis. Alasannya, lebih leluasa saat mencari mangsa tanpa khawatir diuber Satpol PP. Dia menambahkan polisi yang melewati daerah itu tidak mempermasalahkan keberadaan para waria di Taman Lawang.

"Polisi tidak iseng dan tidak merasa terganggu, yang ribet itu Satpol PP saja lah," tukasnya

Jumat, 11 Juni 2010

Jelas..Mereka TAU

Rasa batinku yang pedih belum sempat sembuh karena sudah diambil oleh wanita lain...

kali ini,mungkin bisa dibilang peruntunganku dalam hal cinta, karena banyak waktu yang KITA bisa luangkan bersama...

tapi angaku seakan tidak sadar bahwa dia sudah milik resmi seseorang..
aku seolah terbiusoleh rayuan mautnya..

mata hati ku sudah tergerak dan mencoba untuk keluar dari bulatan ini..

aku merasa teririsiris jiak ingat bodohnya tingkahku itu..

aku malu sebagai wanita. jika aku sempat melanjutkan itu...

rasa yang belum begitu besar akhirnya di patahkan oleh orang-orang yang masih sayang dabn peduli dengan diriku ini, mereka dengan penuh kesabaran menjelaskan bahwa aku masih punya peluang dengan yang lain..

ini begitu berat cobaannya, terlalu sedikit yang ku harapkan tetapi besar dampaknya.

rasa, asa, keraguan terungkaplah sudah.. ternyata hanya sebuah nafsu belaka yang menyelimutiku selama ini..

aku sudah puas akan rayuan dan cintanya..


KETIKA mereka menyadari dan ingin membatsai diriku,
aku merasa tidak berguna, hidupku hampa karena mereka..
tetapi manfaat yang besar berada di hadapanku..
mereka masih sayang dan peduli dengan diriku dan kisah percintaanku..
memang SAKIT sekali rasanya,
tetapi inilah jawabannya.
aku tidak mau di bilang PERUSAK..
rapuh dan sungguh terlalu sekali perasaanku ini, aku seakan dibawa oleh perasaanya yang selalu tidak puas akan keadaan.
aku emnag nyaman berada disamping nya tetapi jika ada maksud lain di benaknya aku tak kuasa harus menahannya..

CINTA..

cukup menyakitkan untukku..
tetapi tidak untuknya.